• BERANDA
    • BISNIS ONLINE
    • Submenu2
    • Submenu3
    • Submenu4

Blog Bisnis

Media Online Bisnis, Inspirasi Dan Lowongan Kerja

  • ARTIKEL BISNIS
    • BISNIS ONLINE
    • Submenu2
    • Submenu3
    • Submenu4
  • LOWONGAN KERJA
    • TOKOBAGUS.COM
    • BERNIAGA.COM
    • ID.JOBS.COM
  • INSIPIRASI DAN MOTIVASI
Home » Inspirasi dan Motivasi » Mencerna Kehidupan Dikota Metropolis

Mencerna Kehidupan Dikota Metropolis



Mencerna Kehidupan Dikota Metropolis
Bencana banjir kembali melanda Jakarta, pada hari ini.
 Seperti biasa beberapa daerah mulai terendam air. Sebenarnya keadaan ini sudah sering terjadi di Jakarta. Itulah yang merupakan salah satu tugas dari “pak de” pada saat ini. Namun demikian, yang menggelitik di hati saya bukanlah perkara banjir tersebut. Yang menjadi perhatian saya adalah ketika salah satu stasiun televisi menyiarkan secara langsung dari lokasi banjir tersebut. Pada saat itu dilayar televisi memang ditayangkan secara langsung kondisi yang terjadi pada saat ini. Sebagaimana lazimnya sebuah berita, sang wartawan pun mulai mewawancara warga yang terkena banjir. Yang menarik adalah banjir itu menggenangi dua daerah dalam satu wilayah. Daerah pertama adalah wilayah orang kebanyakan, yakni mereka yang hidup dengan sederhana. Sedangkan di daerah kedua adalah mereka yang bisa dikatakan bertemu dengan kesuksesan di Jakarta.
Pewawancara bertanya mengenai kondisi pada masyarakat di daerah pertama, dan jawaban mereka cukup menarik, dengan mudah mereka menjawab bahwa ini adalah hal yang biasa terjadi, banjir juga masih selutut, dan sama sekali tidak mengganggu aktifitas mereka, salah seorang malah sempat bersyukur dengan banjir sehingga anak-anak mereka memiliki tempat bermain. Padahal air tersebut adalah air kotor dari kali sekitar dan sama sekali bukan tempat yang layak untuk bermain. Ketika pewawancara beralih kepada daerah kedua, suasana ‘duka’ lebih terasa disini. Penduduk mengeluh dengan banjir yang tinggi, padahal hanya selutut menurut masyarakat daerah pertama, merusak peralatan elektronik mereka, walaupun mereka mengaminkan juga bahwa setiap tahun hal ini terjadi, meminta bantuan dari pemerintah, dll.
Sejenak saya terdiam dari aktifitas pekerjaan saya. Pikiran saya begitu tergelitik melihat dua perbedaan yang sangat kontras tersebut, untuk satu permasalahan yang sama. Mengapa para korban yang menjalani kehidupan dengan sederhana bisa lebih melihat masalah ini dengan lebih positif? Sedangkan mereka yang lebih beruntung, lebih terpelajar, memiliki harta yang lebih banyak, gagal untuk melihat hal ini secara positif. Kalau menurut pemikiran saya seharusnya, pihak yang lebih berhak untuk mengeluh adalah pihak pertama, karena mereka selalu saja tidak berkesempatan menikmati kenyamanan. Tetapi mengapa pihak kedua yang seakan-akan sangat dizalimi dalam hal ini?
Setelah melihat berita tersebut saya mulai menulis artikel ini, dan mencoba menyimpulkan hal itu dalam beberapa point:

     Bersyukur
Masyarakat, katakanlah yang terpinggirkan, umumnya memang memiliki kemampuan untuk lebih mensyukuri kehidupan ini. Karena apa? Saya berpikir bahwa mungkin mereka menyadari, bahwa keluhan mereka tidak ada yang mendengar, tidak saudara, tidak teman, tidak keluarga, tidak pemerintah, tidak juga Tuhan. Jadi mereka memang tidak memiliki pilihan apapun kecuali bersyukur atau mati dalam keluhan.

      Menerima
Salah satu syarat agar bisa bersyukur adalah menerima yang apapun yang terjadi kepada kita sebagai hal yang positif. Dengan begitu kita tidak memberi kesempatan kepada pikiran kita untuk berpikir negatif terhadap apa yang terjadi. Sebab segala sesuatu yang sudah terjadi itu tidak bisa dirubah, kita hanya bisa belajar agar ketika hal itu terulang lagi, kita keluar sebagai pemenang.
  
   Cara Pandang Kehidupan
Sebelum kita bisa untuk belajar menerima, kita harus bisa merobah cara pandang kita terhadap kehidupan. Sikap iri, mau menang sendiri, tidak perduli dengan sekitar, hanya mau didengar tidak mau mendengar, angkuh, menganggap remeh orang lain, hal-hal seperti ini akan membawa kita menjadi seorang “monster” dalam tubuh manusia. Dengan cara hidup seperti ini, jangan pernah berharap kita akan menjadi orang yang bisa menerima. Sebaliknya, kita akan menjadi si pengeluh, yang selalu saja menemukan point untuk dikeluhkan walaupun hal baik sedang terjadi didalam kehidupan kita.
 
   Mengenal Diri Sendiri
Ini adalah awal dari semua perubahan. Pengenalan diri adalah kunci dari segalanya. Ketika kita belajar mengenal diri sendiri, maka kita bisa mengetahui apa tujuan hidup kita, dapat membedakan antara apa yang dibutuhkan dan apa yang diinginkan, bisa mendahulukan kepentingan orang lain, bertanggungjawab.
Memang tidak mudah untuk melakukan itu semua. Namun, jika kita ingin merubah kehidupan kita menjadi lebih baik, maka kita harus mau untuk berubah.  Sebab kita tidak akan bisa mengharapkan daging panggang dengan cara memasaknya dnegan air. Karena itu, berubah adalah hal yang harus dilakukan agar dapat mencerna kehidupan ini, memaknainya, dan menjalaninya dengan lebih baik.

Posted by Unknown on Selasa, 03 Desember 2013 - Rating: 4.5
Title : Mencerna Kehidupan Dikota Metropolis
Description : Bencana banjir kembali melanda Jakarta, pada hari ini.  Seperti biasa beberapa daerah mulai terendam air. Sebenarnya keadaan ini...

Share to

Facebook Google+ Twitter

0 Response to "Mencerna Kehidupan Dikota Metropolis"

Posting Komentar

Posting Lebih Baru
Posting Lama
Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Temukan Saya Di Facebook

Popular

  • Menanggapi Hinaan
  • “Kayuh” Kota Tua dengan Sepeda Onthel
  • Kumpulan Kata-Kata Mutiara Inspiratif Sepanjang Masa
  • Anne Ahira : Tokoh Internet Yang Sukses Meraup Ribuan Dolar
  • Souvenir B-Banjar Menuai Berkah

Mengenai Saya

Unknown
Lihat profil lengkapku
Free Web Hosting
Copyright © 2012 Blog Bisnis - All Rights Reserved
Design by Blog Bisnis - Powered by Blogger